Pasar Tomohon Pusat Kuliner Ekstrem Manado

Pasar Beriman Tomohon dulunya adalah pasar tradisional terbesar di Minahasa. Di mana dijual berbagai macam kuliner ekstrem antara lain: daging sapi, babi, anjing, tikus pohon, kelelawar, ular, kera, kucing dan masih banyak kuliner ekstrim lainnya. Daging yang dijual sangat segar, karena baru di sembelih di rumah potong hewan di pasar itu. Selain itu, pasar Tomohon juga menjual berbagai jenis ikan laut dan ikan air tawar. Karena Pasar Tomohon lebih lengkap, sehingga banyak pedagang lain yang malah khusus datang berbelanja di Pasar Tomohon dalam jumlah besar.

Pasar di Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur tersebut bisa dicapai dengan naik bus bertarif Rp 6.000,- per orang, berangkat dari Terminal Karombasan. Sepanjang 45 menit perjalanan menanjak dan berkelok-kelok, penumpang bisa menikmati pemandangan kota Manado dengan pantainya yang indah nan biru.

Tiba Terminal Beriman Tomohon kita cukup berjalan kaki untuk mencapai Pasar Hewan Tomohon. Sebab pasar tersebut bersebelahan dengan terminal bis yang tepatnya berada di Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur.

Hati-hati! Sebelum memasuki pasar yang dikenal sebagai pusatnya perdagangan hewan dan makanan nyeleneh dan ekstrim tersebut, sebaiknya kita siapkan mental terlebih dahulu supaya kita tidak terkejut dengan dagangan yang digelar didalamnya. Sekadar cerita dari mulut kemulut warga setempat, banyak wisatawan asing yang datang ke tempat ini yang akhirnya balik kanan didepan gerbang pasar lantaran tercengan dan kasihan melihat hewan-hewan tersebut dibunuh, dibakar, dipotong-potong, dan dijual untuk dimakan.

Dideretan paling dekat dengan pintu masuk pasar, terdapat lapak penjual daging kelelawar yang dalam bahasa Manado disebut paniki. Kelelawar? Memang keunikan Pasar Hewan Tomohon terbukti nyata mampu mengejutkan para wisatawan yang baru bertama kali datang dipusat perbelanjaan daging nyeleneh ini. Sebab ditempat ini hewan-hewan yang dijual oleh sebagian besar masyarakat di negeri ini tidak biasa dikonsumsi.
Berarti bukan paniki saja? Paniki (kelelawar) bukanlah satu-satunya hewan yang dijual disini. Di Pasar Tomohon juga dijual daging ular piton, ikan cakalang, tikus, buaya, penyu, anjing, kucing, babi, sapi, ulat, rusa bahkan kera. Wow!

Ekstrim? Di tempat ini, daging-daging hewan tersebut biasa dijualbelikan sebagai menu makanan sehari-hari. Entah sejak kapan Pasar Tomohon ini berdiri. Tetapi satu hal yang pasti, pasar itu menjadi tempat warga Manado berburu bahan makanan hewani.

Pemandangan dari daging monyet yang dicacah bersanding daging ular piton besar, serta paniki dengan mukanya yang menyeringai sehingga terlihat gigi-gigi runcingnya menjadi pemandangan lazim bagi masyarakat Minahasa.

Disini para penjaja daging anjing mendatangkan barang dagangannya dari peternakan di Palu dan Gorontalo. Di Manado daging anjing biasa disebut RW kependekan dari Rintek Wuuk (bahasa Minahasa) yang artinya bulu pendek. Dalam melayani pemebelinya, mereka memberikan dua pilihan.

Mau yang masih hidup atau sudah mati? Jika memilih anjing yang masih hidup, maka binatang penggonggong tersebut akan dimatikan terlebih dulu. Setelah itu dibakar dengan semburan api dari kompor tangan elpiji guna menghilangkan bulunya. Setelah bulu-bulu hewan tersebut terbakar, kemudian kulitnya tubuhnya dikerik dengan pisau dan kemudian dipotong-potong.
Untuk RW dijual dengan harga mulai Rp 350 ribu/ekor. Sedangkan bagi pembeli yang hanya membutuhkan beberapa kilo saja dibandrol dengan harga Rp 25 ribu/kg. “Untuk hari-hari biasa seperti ini, biasanya yang banyak pembeli kiloan. Kalau musim hari raya Natal atau Tahun Baru biasanya pembeli minta perekor,” tutur Yansen Lendo (50) pedagang RW.

Sebagai penjual sekaligus penggemar masakan RW, Yansen ternyata suka membagikan resep masakan RW yang dia sebut sebagai resep keluarga yang didapat secara turun temurun. “Rw rasanya enak, cocok dimasak rica,” imbhunya.

Itulah keunikan daerah Sulawesi Utara dimana suku Minahasa berdiri secara turun temurun mewariskan keunikan budaya yang salah satunya budaya masakannya. Karena orang Minahasa suka mengkonsumsi ‘makanan hewani’ tentu pasar-pasar yang tersebar di beberapa tempat menjadi ramai dan menjadi pusat perhatian wisata. Hal ini semakin menjadi daya tarik yang lebih setelah dibumbui dengan keramahan masyarakatnya dalam menyambut dan melayani para wisatawan.

Source: kaskus.co.id

6 komentar

Yang Jualan Gak Punya Otak Kali Tuh Orang... Hewan Juga Pengen Hidup Goblok Tollol Luh Makanya Sekolah Tollol

Reply

Yang Ga Trima Kata-Kata Gue Sini Maju Anjing...

By:Tamyr Squarpants

Reply

itu namanya adat lokal dan budaya daerah.. mmg disana adat lokal dan tradisinya begitu.. itulah keragaman Indonesia.. I Love Indonesia

Reply

Jijik
Mending mati aja dari pada makan hewan gak jelas.

Reply

Posting Komentar